Selasa, 12 Januari 2016

Makalah Metedeologi Studi Islam judul : Epistemologi Dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk mukallaf yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi. Para ahli pikir menyebut manusia sebagai al-kain al-natiq, “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai luhur”. Oleh sebab itu, tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa manusia adalah “pencipta kedua” setelah tuhan. Hal ini dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi tuhan berupa akal (rasio) mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains dan teknologi. Manusia diberi kelebihan intelektual yang menjadikan dirinya lebih unggul dari makhluk lainnya, sehingga malaikat diperintah sujud kepada-nya karena tidak mampu bersaing secara intelektual.
Al-Qur’an dan Al-Hadits sarat dengan nilai-nilai dan konsep untuk memberikan tuntuna hidup manusia, begitu juga mengenai ilmu pengetahuan. Jika manusia mau menggali isi kandungan Al-Qur’an, niscaya banyak ditemukan beberapa persoalan yang berkaitan dengan ilmu, baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Oleh karenanya, bagi seorang muslim pengetahuan merupakan bagian yang paling besar dari kemajuan dan dunianya. Sehingga tidak mengherankan banyak pemikir muslim pada masa awalnya larut dalam upayanya mengungkap konsep ini yang akhirnya banyak melahirkan teori-teori ilmu pengetahuan (Epistemologi) yang berguna bagi kemajuan dunia.
Islam memiliki teori imu pengetahuan (Epistemologi) yang berarti bagi pengetahuan itu sendiri maupun teknologi saat ini. Atas dasar inilah pembahasan makalah ini hendak mengungkap teori ilmu pengetahuan islam, yang pembahasannya meliputi: pengertian, sumber pengetahuan, kriteria
kebenaran serta peran dan fungsi pengetahuan islam.

B.       Rumusan Masalah
Dalam makalah yang sederhana ini, ada beberapa permasalahan yang hendak dijadikan pembahasan, antara lain :
1.    Apakah yang dimaksud dengan Epistemologi dan islam ?
2.    Apakah sumber-sumber pengetahuan itu ?
3.    Bagaimana kriteria kebenaran dalam epistemologi islam ?
4.    Bagaimana peran dan fungsi pengetahuan islam ?

C.      Tujuan
Mahasiswa bisa mengetahui dari pengertian epistemologi dan islam, mahasiswa juga dapat mengetahui sumber-sumber pengetahuan Epistemologi sebagai pengetahuan yang paling besar dari kemajuan dan dunia. Dan pada akhirnya mahasiswa dapat melahirkan teori-teori ilmu pengetahuan (Epistemologi) yang berguna bagi kemajuan dunia.















BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN EPISTEMOLOGI ISLAM
Istilah epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F.Ferrier pada tahun 1845. Secara etimologi epistemologi berasal dari bahasa yunani “Episteme” yang berarti ilmu, dan “logos” berarti teori, uraian, atau alasan dikemukakan secara sistematik.[1] Secara termologi, menurut D.Runes dalam bukunya “Dictionary of Phlisophy”, bahwa “Epistemologi sebagai cabang filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian, struktur, mode, dan validitas pengetahuan.”
Menurut Hasan Nasution mengatakan bahwa Epistemologi adalah “ilmu” yang membahas apa pengetahuan itu dan bagaimana memperolehnya.
Sedangkan menurut The Liang Gie, Epistemologi adalah sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan, pra anggapan – pra anggapan dan dasar – dasarnya serta reabilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa Epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.dari pengertian diatas di simpulkan bahwa Epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi :
1.    Filsafat yaitu sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
2.    Metode yaitu tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan.
3.    Sistem yaitu bertujuan untuk memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.[2]

B.       Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
Ada berbagai sumber pengetahuan bagi manusia yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, tetapi pada hakikatnya merupakan satu – kesatuan, yakni : wahyu, akal dan rasa.
1.    Wahyu
Wahyu berasal dari kata arab al-wahy adalah kata asli arab dan bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Kata itu bararti suara, api dan kecepatan. Disamping itu ia juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-Wahy mengandung pengertian pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.[3] Yang dimaksud dengan wahyu sebagai sumber pengetahuan adalah wahyu yang diturunkan kepada orang pilihannya agar diteruskan kepada umat manusia agar dijadikan pegangan hidup yang berisi ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan bagi umat manusia.
Wahyu sebagai sumber pengetahuan datang dari Allah SWT melalui jibril kepada para utusan atau nabi, pengetahuan yang datang melalui wahyu bukan saja mengenai hal yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah yang bersifat metafisik atau pengetahuan rabbani. Wahyu merupakan sumber pengetahuan yang tertinggi yang berada di luar pengalaman dan jangkauan akal manusia. Wahyu adalah kebenaran yang pasti, karena ia datang dari tuhan yang maha mengetahui. Hal ini sebagaimana Firman Allah Dalam surat Al-Baqarah ayat :14
الحقّ من رّبّك فلا تكو ننّ من الممْتر ين
“Kebenaran itu adalah dari tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”(Q.S. Al Baqarah
2.    Akal 
akal juga merupakan alat yang dimiliki manusia untuk memperoleh ilmu. Ilmu yang dihasilkan lewat akal ini disebut ilmu ‘aqli, lawannya adalah ilmu naqli. Kedudukan akal seperti seorang raja. Ia memiliki banyak pasukan, yaitu: tamyiz (kemampuan membedakan), daya hafal dan pemahaman.
Dalam kitab Ma’arij Al-Quds-nya, Al-Ghazali melihat akal sebagai jiwa rasional, yang memiliki dua daya: daya al-‘amilat (praktis) dan daya al-‘alimat (teoretis). Kedua akal tersebut bukanlah dua daya yang benar-benar terpisah, malainkan dua sisi dari akal yang sama.
a)        Akal Praktis digunakan untuk kreativitas dari akhlaq manusia. Artinya terwujudnya tingkah laku yang baik bergantung pada kekuatan akal praktis dalam menguasai daya-daya jiwa tersebut.
b)        Akal Teoretis berfungsi untuk menyempurnakan substansinya yang bersifat immateri dan abstrak.[4]
3.    Rasa
Manusia terlahir dengan memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu akan terus ada pada manusia dari bayi sampai tua nanti. Dan biasanya rasa ingin tahu kan terus muncul walaupun suada menemukan jawaban dari rasa ingin tahu sebelumnya. Tanpa disadari semua bidang pekerjaan pasti membutuhkan rasa ingin tahu. Manusia memiliki akal, pikiran dan perasaan yang menyebabkan dirinya dapat menciptakan pengetahuan, namun bukan jaminan bagi manusia memiliki pengetahuan.
Maka dari itu, manusia tidak lepas dari rasa ingin tahu yang begitu besar. Dengan rasa keingintahuannya itu, manusia terus mencari dan mencari setiap pertanyaan di dalam kehidupan, seperti “mengapa bisa begini?”, “bagaimana itu bisa terjadi?” dan lain-lain. Manusia berpikir dengan keras bagaimana sesuatu bisa terjadi dan akhirnya menemukan jawabannya, karena itu manusia juga menyebut dirinya sebagai homo sapiens, yaitu makhluk berpikir. Karena manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas, setelah manusia menemukan jawabannya, manusia akan terus menerus mencari pertanyaan timbul rasa ingin tahu yang baru. Atau dengan kata lain, rasa ingin tahu manusia berkembang sepanjang zaman sampai ia akhirnya mati. Dengan adanya rasa ingin tahu maka muncullah pengetahuan yang bisa kita dapatkan dengan berbagai media.


C.      Kriteria Kebenaran Menurut Epistemologi Islam
Kebenaran adalah apa-apa yang dikandung dan didasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Apa saja yang berasal dari luar Al-Qur’an dan As-Sunnah, harus diletakkan dalam kerangka kebenaran kedua-duanya. Pengetahuan yang berasal dari luar islam harus dilihat dan diteropong dari kacamata epistemologi Islam. Pengetahuan harus dibangun di atas landasan Al-Qur’an dan sunnah. Jangan khawatir, bahwa hanya karena al-Quran dan hadits dibawa-bawa, pengetahuan dan sains menjadi terkekang. Sehebat-hebatnya hasil pemikiran manusia statusnya dibawah al-Quran, dan menuju kebenaran sebagaimana yang diinformasikan al-Quran.
Dalam suatu pembahasannya Prof. Syed Naquib Al-Atas, mengatakan sumber dan kriteria kebenaran dalam pandangan Islam terbagi atas dua bagian besar, yakni yang bersifat relative dan yang bersifat absolut. Yang termasuk sumber pengetahuan relatif adalah indra dan persepsi. Sumber yang absolut, tiada lain al-Quran dan Sunnah.[5]







D.      Peran Dan Fungsi Pengetahuan Islam
Peran dan fungsi pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari ayat ke-1 dan ke-3 surat Al-Alaq.
اقرأ بأ سم ربّك ألّذ ى خلق (1)
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang   menciptakan
(3) اقرأ ور بّك أللآ كرم
 Artinya : Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
Pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang di ulang sebanyak 2 kali. Kata tersebut menurut A. Baiquni, selain berarti membaca dalam artian biasa juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisa, dan penyimpulan secara indukatif.
Secara rinci dapat digambarkan 4 fungsi pengetahuan yaitu :
1.    Fungsi Diskriptif
Fungsi Diskriptif yaitu menggambarkan, melukiskan dan memaparkan masalah sehingga mudah dipelajari.
2.    Fungsi Pengembangan
Fungsi Pengembangan yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil penemuan yang baru.
3.    Fungsi Prediksi
Fungsi Prediksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan – tindakan yang perlu usaha menghadapi.
4.    Fungsi Kontrol
Fungsi Kontrol yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.[6]
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Epistemologi berarti cabang ilmu filsafat yang secara khusus menggeluti pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang pengetahuan. Sedangkan Islam berasal dari kata salima yang terutama berarti selamat, sentosa, damai dan juga berarti menyerahkan diri. Maka keseluruhan pengertian yang dikandung nama ini adalah kedamaian sempurna yang terwujud jika hidup seseorang diserahkan kepada Allah, kata sifat yang berkenaan dengan ini adalah muslim.
Sumber pengetahuan yaitu meliputi :
1.    Wahyu
2.    Akal
3.    Rasa
Sumber dan kriteria kebenaran dalam pandangan islam terbagi atas dua bagian besar, yaitu yang bersifat relatif dan yang bersifat absolut. Yang termasuk sumber pengetahuan relatif adalah indra dan persepsi. Sumber yang absolut tiada lain Al-Qur’an dan Sunnah.

B.     Saran
Demikian pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan berjuang dijalan Allah. Islam menempuh cara demikian, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya, ibadahnya dan kualitas imannya. Tidak lupa kritik dan saran para pembaca sangat kami perlukan makalah selanjutnya.



Daftar Pustaka

Armai, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Studi Islam. (Jakarta: Ciputat Pres. 2002)

http//ppsuinbandung.blogspot.com, diakses pada Kamis, tanggal 10 September 2015

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT Raja Grafiindo Persada. 2010)

Sholihin, Mohamad. Epistemologi Ilmu. (Bandung: PT Pustaka Setia. 2001)



[1] M.Sholihin,Epistemologi Ilmu, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2001 hlm.32
[2] Arief Armai, pengantar Ilmu dan Metodologi Studi Islam, Jakarta: Ciputat Pres, 2002 hlm.4
[3] Http://ppsuinbandung.blogspot.com diakses pada kamis, tanggal 10 September, 2015
[4] Mohamad Sholihin, Epistemologi Ilmu, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001, hlm 43-44

[5] Http://ppsuinbandung.blogspot.com diakses pada kamis, tanggal 10 September, 2015
[6] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafiindo Persada, 2010 hlm 125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar